Rabu, 11 Maret 2015

PENGERTIAN IMAN KEPADA ALLAH SWT

Menurut pengertian bahasa, kata Iman adalah percaya atau membenarkan. Menurut ilmu tauhid, iman berarti kepercayaan yang diyakini kebenarannya dalam hati (pembenaran hati), diikrarkan secara lisan, dan mengamalkan atau direalisasikan dalam perbuatan dengan anggota badan.

Berdasarkan pengertian itu, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa iman kepada Allah SWT adalah mempercayai atau meyakini akan adanya Allah SWT sebagai Tuhan Yang Maha Esa dengan segala kemahasempurnaan-Nya. Kepercayaan tersebut diyakini dalam hati sanubari, diikrarkan dengan lisan, dan dibuktikan dengan perbuatan amal saleh. Hal tersebut dapat dijabarkan dalam penjelasan berikut ini :

"Membenarkan dengan hati" maksudnya menerima segala apa yang dibawa oleh Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam.

"Mengikrarkan dengan lisan" maksudnya, mengucapkan dua kalimah syahadat, syahadat "Laa ilaha illallahu wa anna Muhammadan Rasulullah" (Tidak ada sesembahan yang hak kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah).

"Mengamalkan dengan anggota badan" maksudnya, hati mengamalkan dalam bentuk keyakinan, sedang anggota badan mengamalkannya dalam bentuk ibadah-ibadah sesuai dengan fungsinya. Kaum salaf menjadikan amal termasuk dalam pengertian iman. Dengan demikian iman itu bisa bertambah dan berkurang seiring dengan bertambah dan berkurangnya amal shalih.

Dalam firman-Nya, Allah SWT menyatakan: "Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah Timur dan Barat itu suatu kebajikan. Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi, dan memberikan (sebagian) harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta, dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan salat, menunaikan zakat, dan orang-orang yang menempati janjinya apabila ia berjanji dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan, dan dalam peperangan. Mereka itula orang-orang yang benar (imannya), dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa." (Q.S. Al-Baqarah, 2: 177).

Rasa percaya akan adanya Sang Maha Pencipta Tunggal, Allah SWT, dapat ditumbuhkan dengan berbagai cara. Di antaranya dengan menggunakan akal pikiran yang sehat untuk memerhatikan segala apa yang telah diciptakan Allah SWT, seperti alam semesta dan segala isinya. Imam Syafi'i yang hidup antara tahun 150 H-204 H (767 M-820 M), membuktikan kebenaran Ada dan Kuasanya Allah dengan memerhatikan tumbuhan murbei. Hasil amatab Imam Syafi'i menyimpulkan bahwa tumbuhan murbei mempunyai bermacam-macam kegunaan. Apabila daun tersebut dimakan oleh ulat sutera, maka kepompong ulat sutera yang makan daun murbei akan menjadi bahan kain sutera yang berkualitas dan indah dipakai. Kalau daun tersebut dimakan oleh, maka sapi tersebut akan menghasilkan susu yang enak diminum.

Malaikat Yang Datang Bertanya:
Umar bin Al-Khattab r.a menceritakan bahwa pada suatu ketika Rasulullah SAW didatangi oleh seorang laki-laki yang berpakaian serba putih, berambut sangat hitam, bekas telapak kakinya tidak terlihat, dan tidak seorang pun sahabat sahabat Rasulullah SAW yang hadir waktu itu mengenalnya. Lalu lelaki itu mengemukakan beberapa pertanyaan tentang rukun Islam, rukun iman, dan tentang ihsan. Mengenai rukun iman ia bertanya, "Beritahukanlah saya tentang keimanan!" Rasulullah SAW menjawab: "Hendaklah engkau beriman kepada Allah SWT, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, Hari Akhir, dan qadar (takdir) yang baik ataupun buruk." Lelaki itu lalu berkata, "Tuan benar." (H.R. Muslim).

Berdasarkan ayat-ayat Al-Qur'an dan hadis-hadis nabi, yang diperkuat oleh akal sehat, maka hukum beriman kepada Allah SWT itu adalah fardu'ain. Jika ada orang yang mengaku Islam, tetapi tidak percaya kepada Allah SWT, maka orang tersebut dianggap telah murtad (keluar dari Islam). 

Sumber: Dirangkunm dari Berbagai sumber !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar